DIKSIKU.com, Samarinda – Dorongan swasembada pangan yang digaungkan pemerintah pusat menuai tanggapan positif dari kalangan legislatif daerah. Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, Ananda Emira Moeis, menilai bahwa provinsinya memiliki peluang besar untuk menjawab tantangan nasional tersebut. Namun, peluang itu tidak datang tanpa syarat.
Ia menegaskan bahwa keberhasilan program pangan bukan hanya soal pencapaian target dalam enam bulan, tetapi juga tentang bagaimana mengelola potensi yang selama ini belum tersentuh secara maksimal.
Menurut Ananda, Kalimantan Timur menyimpan aset penting berupa cadangan lahan pertanian yang luas. Kabupaten Paser, Kutai Timur, hingga Kutai Kartanegara disebutnya sebagai contoh wilayah yang sebenarnya sangat siap menopang produksi pangan, asalkan diberi perhatian dan pengelolaan yang serius.
“Masalah kita bukan kekurangan lahan, tapi bagaimana memetakan dan memfungsikan lahan-lahan tidur itu menjadi produktif,” ucapnya saat ditemui usai pertemuan internal di Samarinda pada Minggu, 15 Juni 2025.
Politisi PDI Perjuangan itu juga menekankan pentingnya pemetaan lahan secara menyeluruh. Menurutnya, pemerintah daerah perlu segera mengidentifikasi wilayah yang dapat digarap dalam waktu dekat serta melakukan uji kualitas tanah. Hal ini bertujuan agar program pertanian yang dijalankan benar-benar sesuai dengan karakteristik wilayah.
Namun tantangan lain yang tak kalah penting, kata Ananda, berasal dari sisi sumber daya manusia. Ia mengungkapkan kekhawatirannya terhadap minimnya keterlibatan generasi muda dalam dunia pertanian. Banyak anak muda, lanjutnya, masih memandang sektor pertanian sebagai bidang kerja konvensional yang berat dan kurang menjanjikan.
“Kita kekurangan petani yang melek teknologi. Padahal ke depan, kita butuh pertanian berbasis digital yang bisa menjawab kebutuhan pangan secara efisien,” ujarnya.
Untuk itu, Ananda mendorong pemerintah agar melakukan pendekatan yang lebih kreatif kepada generasi muda. Ia menyarankan agar pertanian modern diperkenalkan melalui sistem presisi, pemanfaatan drone, hingga otomatisasi lahan. Menurutnya, hal tersebut dapat menjadi daya tarik baru sekaligus mengubah stigma lama tentang profesi petani.
“Kalau kita ingin swasembada, kita tidak cukup bicara produksi saja. Kita juga harus bicara siapa yang mau menanam dan bagaimana caranya. Dan jawabannya ada di tangan generasi muda,” tegas Ananda.
Ia meyakini bahwa melalui kolaborasi lintas sektor, dukungan teknologi, serta kebijakan yang konsisten, Kalimantan Timur berpeluang besar menjadi pionir swasembada pangan. Model swasembada ini tidak hanya berbasis pada perluasan lahan dan kuantitas produksi, tetapi juga pada inovasi dan keterlibatan aktif masyarakat luas.
Bagi Ananda, inilah saatnya mengubah cara pandang terhadap sektor pertanian, dari profesi pinggiran menjadi tulang punggung kedaulatan pangan Indonesia. (adv)

Penulis : Ldy
Editor : Idhul Abdullah