DIKSIKU.com, Samarinda – Jagat maya dihebohkan oleh beredarnya video berdurasi 19 detik yang menunjukkan sebuah kapal tongkang diduga menyentuh bagian fender Jembatan Mahakam Ulu (Mahulu) di Samarinda.
Video tersebut langsung menyebar luas dan memicu berbagai spekulasi, terutama menyangkut keamanan struktur jembatan yang merupakan jalur penghubung utama masyarakat.
Namun hingga kini, kebenaran video itu belum bisa dipastikan. Tidak ada pernyataan resmi dari otoritas terkait mengenai keabsahan insiden dalam rekaman tersebut, meski laporan awal menyebut pihak kepolisian telah mengecek kondisi fisik jembatan pascaviralnya video.
Merespons keresahan publik, Wakil Ketua Komisi II DPRD Kaltim, Sapto Setyo Pramono, langsung mengambil langkah koordinatif. Ia mengaku segera menghubungi sejumlah pihak begitu video tersebut menjadi perbincangan luas di media sosial.
“Kami langsung berkoordinasi dengan KSOP, Pelindo, dan Polairud untuk menindaklanjuti kabar tersebut,” ujar Sapto, Rabu (18/6/2025).
Ia menyebut keberadaan kamera pengawas (CCTV) di sekitar lokasi bisa menjadi kunci untuk membuktikan kebenaran insiden. Bagi DPRD, kejelasan sangat penting agar tidak terjadi salah persepsi publik yang bisa berdampak pada kepanikan massal.
Sapto menekankan, bila video tersebut terbukti palsu atau hasil manipulasi, penyebarnya harus mempertanggungjawabkan perbuatannya secara hukum. Namun sebaliknya, jika insiden benar terjadi, DPRD Kaltim akan memanggil instansi terkait untuk meminta penjelasan resmi.
“Kami ingin kejelasan. Kalau palsu, bisa kena pidana. Tapi kalau benar, ya harus ditindaklanjuti secara serius,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Sapto juga mengimbau masyarakat untuk lebih bijak dalam menyebarkan konten video, terlebih di era ketika teknologi kecerdasan buatan (AI) memudahkan manipulasi visual.
“Jangan langsung sebar hanya karena videonya tampak dramatis. Harus ada informasi pendukung yang jelas: lokasi, waktu, dan arah kejadian,” pesannya.
Ia juga mengingatkan bahwa masyarakat yang benar-benar menyaksikan kejadian serupa sebaiknya langsung melaporkan kepada pihak berwenang, bukan justru menyebarkannya ke media sosial tanpa verifikasi.
“Kalau memang melihat langsung, sampaikan saja ke Polairud. Jangan memperkeruh suasana tanpa data,” tambah Sapto.
Di akhir pernyataannya, Sapto menegaskan bahwa di tengah kemajuan teknologi digital, kewaspadaan publik terhadap informasi visual menjadi krusial. Klarifikasi dan verifikasi harus menjadi langkah utama sebelum menyimpulkan atau membagikan sebuah informasi.
“Kita hidup di era digital, penuh rekayasa. Jangan sampai masyarakat jadi korban disinformasi hanya karena tergesa menyebarkan video yang belum tentu benar,” tutupnya. (adv)

Penulis : Ldy
Editor : Idhul Abdullah