OPINI : Solusi Sistemik Sampah Bone, Dari Rumah Tangga ke Teknologi

- Editor

Senin, 21 Juli 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Wahyunang. (ist)

i

Wahyunang. (ist)

DIKSIKU.com, Opini – Di balik penghargaan Adipura dan aksi rutin bersih-bersih di Watampone, Kabupaten Bone tengah menghadapi krisis yang tak bisa ditutup-tutupi lagi, yakni sampah yang menumpuk, sistem yang timpang, dan kesadaran publik yang masih dangkal.

Isu ini bukan hanya soal bau menyengat dari TPS liar, bukan pula semata tumpukan plastik di selokan pasar. Ia menyentuh hal yang jauh lebih dalam, yaitu bagaimana sebuah daerah mengelola peradabannya sendiri. Bone, kini berdiri di persimpangan antara memilih solusi sistemik atau terus terjebak dalam ritus simbolik.

Sampah Bukan Masalah Teknis, Tapi Masalah Tata Nilai

Sampah adalah hasil dari pola konsumsi, budaya membuang, dan lemahnya sistem kolektif. Kita bisa membangun pabrik RDF seharga miliaran rupiah, tapi bila rumah tangga masih membuang sampah ke sungai dan pasar tetap menggunakan plastik sekali pakai tanpa kendali, maka teknologi hanya menjadi hiasan.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pengelolaan sampah Bone masih berat sebelah. Di pusat kota, tong sampah tersedia dan armada pengangkut bekerja relatif rutin. Namun, begitu masuk kecamatan lain , yang ditemukan adalah tumpukan sampah tak terangkut, lubang pembakaran, hingga TPS liar dekat pemukiman.

Apa yang Sudah Dikerjakan Pemerintah?

Pemerintah Kabupaten Bone, terutama di bawah kepemimpinan Bupati Andi Asman Sulaiman, telah menunjukkan komitmen melalui berbagai aksi nyata. Salah satunya adalah pembangunan pabrik RDF (energinya Derived Fuel) di Passippo, sebagai upaya mengubah sampah menjadi energi alternatif. Aplikasi Mabessa pun diluncurkan untuk mendorong pelaporan dan edukasi warga.

Baca Juga :  Waspadai Jantung Koroner Sejak Sini, Begini Cara Deteksi

Namun yang jadi soal, langkah-langkah itu masih terfokus pada “hilir”, bukan pada “hulu masalah”. Tanpa strategi pencegahan dan partisipasi menyeluruh dari rumah tangga, sekolah, rumah ibadah, hingga pasar dan desa-desa, semua kebijakan itu riskan jadi “menara gading”.

Tiga Titik Lemah yang Harus Diakui

  1. Kesadaran Publik Masih Lemah

Kampanye 3R (Reduce, Reuse, Recycle) belum terinternalisasi. Banyak sekolah belum memasukkan materi pengelolaan sampah dalam kurikulumnya. Khutbah di masjid pun jarang membahas tanggung jawab terhadap lingkungan.

  1. Bank Sampah Tidak Menyebar dan Tidak Terintegrasi

Meski Bank Sampah Mabessa cukup sukses sebagai pilot project, belum ada sistem insentif ekonomi yang membuat warga termotivasi memilah dan menyetor sampah. Di banyak desa, bank sampah hanyalah istilah tanpa fungsi.

  1. Keterbatasan Infrastruktur dan Koordinasi

Armada pengangkut tak sebanding dengan jumlah penduduk dan volume sampah harian. Jalan ke TPA Passippo sering rusak saat hujan. Keterlibatan RT/RW dalam pemantauan hampir nihil.

Solusi Sistemik: Bukan Tambal Sulam, Tapi Transformasi

Pertama, bangun ekosistem pengelolaan sampah dari rumah tangga, bukan dari pabrik. Beri insentif bagi warga yang memilah sampah dan kurangi pajak untuk pelaku usaha yang mengelola limbahnya.

Kedua, wajibkan setiap desa dan kelurahan membentuk Bank Sampah berbasis komunitas. Pemerintah tinggal menyediakan pelatihan, perangkat timbang, dan jalur distribusi ke industri daur ulang. Hasilnya yakni ekonomi sirkular.

Ketiga, kembangkan aplikasi Mabessa menjadi dashboard publik. Tampilkan peta sampah real-time, titik rawan, serta progres penanganan oleh DLH. Libatkan RT/RW sebagai pemantau harian dan jembatan komunikasi antara warga dan pemerintah.

Baca Juga :  Lawan Rasa Takut dan Bangkit Dari Kegagalan Dengan Belief System

Keempat, masukkan materi pengelolaan sampah dalam kurikulum sekolah dan khutbah Jumat. Mengubah perilaku dimulai dari ruang pendidikan dan ruang spiritual.

Kelima, bentuk Satgas Sampah Kecamatan. Tugasnya bukan hanya mengawasi TPS liar, tapi juga mengedukasi warga, mencatat volume sampah, dan menindak pelanggaran.

Bone Bisa Jadi Percontohan, Asal Tidak Setengah Hati

Kabupaten Bone memiliki semua modal untuk jadi pelopor pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Sulawesi Selatan. Ada lahan, SDM, komitmen pimpinan, dan embrio teknologi. Tapi semua itu akan sia-sia bila tidak diiringi konsistensi dan keberanian membuat kebijakan yang tidak populis, namun berkelanjutan.

Masyarakat tidak butuh seremoni tahunan menjelang Adipura. Masyarakat butuh rasa percaya bahwa kebijakan dibuat bukan untuk citra, tapi untuk masa depan mereka sendiri.

Masa Depan Bone Ditentukan dari Cara Kita Mengelola Sampah Hari Ini

Sampah bukan hanya kotoran, tapi ia adalah ujian integritas publik. Jika Bone ingin bersih secara fisik dan moral, maka pengelolaan sampah harus menjadi gerakan bersama, lintas sektor dan lintas generasi.

Saat rumah tangga, sekolah, masjid, pemerintah, dan pelaku usaha saling menguatkan sistem, maka tidak hanya Bone yang bersih, tetapi juga harga diri masyarakatnya yang akan terangkat.

Sebab, peradaban suatu bangsa bukan dinilai dari gedung tingginya, tetapi dari cara mereka memperlakukan sampahnya.

Penulis : Wahyunang (Komisaris PT. Diksi Media Grup)

Loading

Berita Terkait

OPINI : Hari Anak dan Cermin Masa Depan: Saatnya Negara Benar-benar Hadir untuk Anak Indonesia
OPINI : Sekwan Bukan Alat Politik DPRD, Pelantikannya Tak Perlu Persetujuan Ketua Dewan
Kebakaran Dahsyat Guncang Bone, Lima Rumah Ludes Terbakar
Hotman Paris “No Comment”, Isu Mualaf dan Bangun Masjid Makin Panas
Billy Syahputra Angkat Bicara Soal Rumor Pernikahan dengan Model Asal Belarusia
Tranformasi Inspiratif! Dulu Viral Panjat Tiang Bendera, Kini Joni Jadi Penjaga NKRI
Lawan Rasa Takut dan Bangkit Dari Kegagalan Dengan Belief System
Viral Insiden Tenda Bergoyang di Tempat Wisata Bedengan, Polisi Siapkan Langkah Preventif

Berita Terkait

Rabu, 23 Juli 2025 - 22:30 WITA

OPINI : Hari Anak dan Cermin Masa Depan: Saatnya Negara Benar-benar Hadir untuk Anak Indonesia

Senin, 21 Juli 2025 - 09:37 WITA

OPINI : Solusi Sistemik Sampah Bone, Dari Rumah Tangga ke Teknologi

Rabu, 16 Juli 2025 - 23:56 WITA

OPINI : Sekwan Bukan Alat Politik DPRD, Pelantikannya Tak Perlu Persetujuan Ketua Dewan

Kamis, 1 Mei 2025 - 17:22 WITA

Kebakaran Dahsyat Guncang Bone, Lima Rumah Ludes Terbakar

Minggu, 23 Maret 2025 - 14:24 WITA

Hotman Paris “No Comment”, Isu Mualaf dan Bangun Masjid Makin Panas

Selasa, 28 Januari 2025 - 23:03 WITA

Billy Syahputra Angkat Bicara Soal Rumor Pernikahan dengan Model Asal Belarusia

Sabtu, 11 Januari 2025 - 13:07 WITA

Tranformasi Inspiratif! Dulu Viral Panjat Tiang Bendera, Kini Joni Jadi Penjaga NKRI

Selasa, 7 Januari 2025 - 16:40 WITA

Lawan Rasa Takut dan Bangkit Dari Kegagalan Dengan Belief System

Berita Terbaru