DIKSIKU.com, Samarinda – Di tengah semangat besar membangun Ibu Kota Nusantara (IKN) dan menjadikan Kalimantan Timur sebagai Super Hub Ekonomi nasional, DPRD Kalimantan Timur mengingatkan agar masyarakat lokal tidak hanya menjadi penonton dalam geliat transformasi ini.
Anggota Komisi III DPRD Kaltim, Syarifatul Syadiah, menyuarakan kekhawatiran atas potensi ketimpangan yang bisa timbul bila pembangunan tak menyentuh langsung kehidupan warga.
“Proyek boleh megah, tetapi manfaatnya harus dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar. Jangan sampai pembangunan hanya jadi simbol, bukan solusi,” ujarnya, Senin (30/6/2025).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurutnya, pembangunan yang terlalu berfokus pada investasi fisik dan infrastruktur bisa kehilangan arah bila tak dibarengi dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) lokal.
Syarifatul menegaskan bahwa penciptaan lapangan kerja dan pelibatan aktif warga harus menjadi inti dari seluruh proses pembangunan.
“Kami mendorong agar warga lokal benar-benar dilibatkan sebagai pelaku utama, bukan hanya penonton. Kalau peluang kerja dan peran ekonomi tak diarahkan ke sana, maka makna ‘Super Hub’ itu akan kosong,” tegas politisi Partai Golkar tersebut.
Pendidikan, menurut Syarifatul, menjadi kunci strategis yang harus dikelola secara presisi. Ia menyambut baik langkah Pemerintah Provinsi Kaltim yang mulai menggratiskan pendidikan hingga perguruan tinggi, namun ia menekankan pentingnya keselarasan antara kurikulum pendidikan dan kebutuhan pasar kerja yang terus berkembang.
“Kita ingin anak-anak Kaltim tidak hanya lulus, tapi juga siap bersaing dan dibutuhkan oleh industri yang masuk. Jangan sampai pendidikan tinggi justru mengantarkan mereka ke jurang pengangguran,” katanya mengingatkan.
Tak hanya soal SDM, Syarifatul juga menyoroti pentingnya keselarasan antar dokumen perencanaan pembangunan, baik di tingkat daerah maupun nasional. RPJMD, RKPD, hingga RPJMN, menurutnya, harus saling menguatkan arah dan prioritas pembangunan.
“Jalur kebijakan Pemprov sejauh ini sudah sesuai. Tapi konsistensi arah tetap harus dijaga, dan orientasinya jangan hanya pada bangunan, tapi lebih pada manusianya,” ungkapnya.
Ia menutup pernyataannya dengan menekankan bahwa keberhasilan pembangunan tak semata dinilai dari angka investasi, tetapi dari sejauh mana rakyat bisa menikmati manfaatnya secara nyata.
“Ukuran sukses bukan sekadar proyek besar atau ekonomi tumbuh. Tapi berapa banyak warga yang benar-benar naik kelas jadi pelaku, bukan pencari peluang semata,” pungkasnya. (Adv)
Penulis : Ldy
Editor : Idhul Abdullah