DIKSIKU.com, Samarinda – Sungai Mahakam bukan lagi sekadar bentang air yang membelah Kalimantan Timur. Ia merupakan rumah terakhir bagi puluhan ekor pesut yang kini tinggal menghitung hari. Populasi mamalia air tawar ikonik ini terus menyusut, dan angka terkini memperkirakan hanya sekitar 60 ekor yang tersisa.
Bagi anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Sarkowi V Zahry, kabar ini bukan sekadar statistik. Ia menyebutnya sebagai peringatan keras bahwa lingkungan sungai kita tengah berada dalam krisis yang nyata.
“Ini bukan alarm biasa. Kita sedang menyaksikan lambat laun kepunahan pesut di depan mata. Aturan sudah banyak, tapi komitmen untuk menegakkannya yang masih lemah,” tegas Sarkowi saat ditemui di Samarinda, Rabu (2/7/2025).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Berbeda dari spesies sejenis di negara lain yang masih punya populasi ribuan, Pesut Mahakam kini terseok menghadapi tekanan demi tekanan. Mulai dari lalu lintas tongkang yang bising hingga air sungai yang tercemar limbah industri. Bagi pesut, semua itu bukan sekadar gangguan, tetapi ancaman nyata terhadap kelangsungan hidupnya.
“Habitat mereka rusak. Polusi suara dan air membuat pesut stres, menjauh dari area jelajahnya, bahkan bisa berujung kematian,” lanjutnya.
Sarkowi menyoroti bahwa regulasi bukanlah hal baru. Baik peraturan daerah maupun nasional sudah tersedia. Namun, dokumen hukum tidak akan menyelamatkan pesut jika hanya berhenti di meja birokrasi tanpa tindakan nyata.
“Kita punya Perda, punya regulasi dari kementerian, tapi kalau pengawasan dan sanksinya mandul, semuanya percuma,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa pelestarian pesut tidak bisa dibebankan pada satu pihak saja. Butuh sinergi dari pemerintah, pelaku industri, hingga masyarakat lokal untuk menjaga keberadaan satwa langka ini tetap lestari.
“Pesut bukan sekadar fauna endemik. Mereka adalah simbol identitas Kalimantan Timur dan indikator apakah sungai kita masih layak hidup atau tidak,” kata Sarkowi.
Ia pun menutup pernyataannya dengan peringatan yang menyentuh: “Kalau suatu hari pesut benar-benar lenyap, itu bukan hanya kehilangan spesies. Kita kehilangan cermin bahwa sungai kita telah kalah oleh ketamakan,” tutupnya. (adv)
Penulis : Ldy
Editor : Idhul Abdullah