DIKSIKU.com, Bontang – Di tengah gemerlapnya teknologi dan hiruk-pikuk notifikasi digital, ada satu suara yang tak pernah kehilangan maknanya, yaitu suara kentongan. Alat tradisional yang terbuat dari kayu ini, sering kali dianggap tinggal cerita masa lalu, nyatanya masih menyimpan potensi besar sebagai penjaga awal ketika bahaya datang.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Bontang, Usman, melalui Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Eko Mashudi, mengungkapkan bahwa kentongan bukan sekadar peninggalan budaya. Di tengah keterbatasan sistem digital, alat ini bisa menjadi penyelamat dalam situasi genting.
“Bayangkan saat listrik padam, jaringan terganggu, dan alarm modern tak bisa diandalkan. Kentongan yang sederhana justru bisa jadi penyambung pesan darurat,” ucap Eko, Senin (21/4/2025).
Ia menekankan bahwa tidak semua wilayah memiliki akses pada sistem peringatan modern. Di pemukiman padat dan daerah rawan bencana, kentongan justru tampil sebagai solusi lokal yang efisien, cepat, dan familiar di telinga warga.
Lebih dari sekadar alat komunikasi, kentongan menyimpan kearifan lokal. Di berbagai daerah di Indonesia, bunyi kentongan bahkan memiliki kode khusus yakni ritme berbeda untuk kebakaran, banjir, atau tindak kejahatan. Sebuah sistem sederhana yang dibangun dari tradisi dan gotong royong.
“Nilai budaya itu yang ingin kami angkat kembali di Bontang. Kentongan bukan hanya alat, tapi simbol kesiapsiagaan dan solidaritas,” imbuh Eko.
Dengan posisi Bontang sebagai kota industri yang memiliki potensi risiko tinggi, mulai dari bencana alam hingga kegagalan teknologi, BPBD Bontang mendorong masyarakat untuk kembali melirik kentongan sebagai bagian dari strategi mitigasi bencana.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan teknologi. Kentongan adalah jawaban sederhana untuk kebutuhan yang mendesak lantaran mudah diakses, mudah dipahami, dan menyatukan warga dalam kewaspadaan bersama,” tutupnya. (adv)

Penulis : Sadah
Editor : Idhul Abdullah