DIKSIKU.com, Samarinda – Ambisi Kalimantan Timur untuk menjadi provinsi yang mandiri dalam urusan pangan masih menyisakan pekerjaan rumah besar. Meski wilayah ini memiliki potensi lahan subur di berbagai daerah, seperti Paser, Kutai Kartanegara, dan Kutai Timur, persoalan krusial justru muncul dari sisi sumber daya manusia, terutama regenerasi petani.
Wakil Ketua DPRD Kaltim, Ananda Emira Moeis, menyoroti fakta bahwa dunia pertanian kini semakin dijauhi oleh generasi muda. Di tengah revolusi teknologi dan gaya hidup digital, sektor ini dianggap tidak menarik dan identik dengan kerja kasar serta penghasilan rendah.
“Kita bisa punya lahan luas, tapi kalau tak ada yang mau menggarap, semua akan sia-sia. Dan ini sedang terjadi. Anak-anak muda sudah jarang yang mau turun ke sawah,” ujar politisi PDI Perjuangan tersebut, Rabu (11/6/2025).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Ananda, masa depan pertanian Kaltim harus dirancang dengan pendekatan baru. Bukan sekadar menambah luas tanam, tapi juga membangun ekosistem pertanian modern yang bisa memikat minat generasi muda.
Ia menyebut, citra pertanian yang dianggap ‘jadul’ dan tidak menjanjikan harus diubah. Pertanian perlu dikemas sebagai sektor yang canggih, keren, dan layak digeluti oleh kaum milenial dan Gen Z.
“Swasembada pangan itu tak bisa dicapai jika anak muda merasa dunia pertanian hanya untuk generasi tua,” katanya.
Lebih lanjut, Ananda mendorong pemerintah daerah untuk memperkuat pemetaan lahan produktif melalui teknologi seperti soil meter dan data spasial. Pendekatan berbasis data ini diperlukan agar proses budidaya bisa lebih tepat sasaran, efisien, dan ramah lingkungan.
Namun, ia menegaskan bahwa teknologi hanyalah alat. Faktor utama tetap manusia, dan itu berarti pentingnya mendorong lahirnya petani-petani muda dengan kemampuan mengelola pertanian berbasis teknologi.
“Bayangkan kalau petani sekarang sudah bisa pakai drone, sensor tanah, dan aplikasi berbasis IoT untuk mengatur irigasi atau memantau hasil panen. Itu akan mengubah wajah pertanian kita,” jelasnya.
Karena itu, Ananda mendorong agar program-program pertanian di masa depan tak hanya bicara soal alat dan subsidi, tetapi juga soal pendidikan, pelatihan, dan insentif bagi anak muda.
“Kalau pertanian bisa dikemas menjadi profesi yang modern dan menjanjikan, saya percaya swasembada pangan bukan lagi mimpi, tapi target yang bisa kita wujudkan bersama,” pungkasnya. (adv)
Penulis : Ldy
Editor : Idhul Abdullah