DIKSIKU.com, Samarinda – Masalah-masalah klasik masih terus membayangi Kota Samarinda: banjir yang tak kunjung tuntas, layanan publik yang timpang, dan distribusi energi yang belum merata. Di tengah tantangan yang nyaris rutin ini, Anggota DPRD Kalimantan Timur, Sayyid Muziburrachman, mengingatkan pentingnya gebrakan baru dalam cara berpikir dan bertindak.
Bagi Sayyid, politisi dari Fraksi Golkar yang duduk di Komisi III DPRD Kaltim, isu kelangkaan BBM dan elpiji bukan lagi sekadar soal pasokan. Ia menilai, krisis energi menyentuh sisi paling mendasar dalam kehidupan masyarakat—rasa aman dan kepastian.
“Ini bukan sekadar urusan tabung gas yang kosong atau antrean panjang di SPBU. Ini menyangkut hak warga untuk hidup nyaman,” ujar Sayyid.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia mendorong pembenahan sistem distribusi energi secara menyeluruh—yang tidak hanya cepat dan merata, tapi juga transparan dan berpihak kepada daerah pinggiran. Dalam hal ini, Sayyid memberi apresiasi pada peran Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) yang dinilainya konsisten menjaga stabilitas suplai serta turut membina pelaku usaha energi di daerah.
Namun, Sayyid menekankan bahwa membangun kota seperti Samarinda bukan hanya perkara infrastruktur fisik. Menurutnya, salah satu kunci yang sering diabaikan adalah budaya inovasi—baik di kalangan birokrat maupun masyarakat.
Ia menyambut positif program Bulan Kompetisi Inovasi Menuju Samarinda Berdaya Saing (BAIMBAI) 2025 yang digagas Pemkot Samarinda. Namun ia memberi catatan penting: inovasi tidak boleh berhenti sebagai slogan atau lomba. Gagasan hebat harus punya kaki untuk dijalankan, bukan hanya tangan yang menepuk saat presentasi.
“Inovasi yang hanya berakhir di panggung, ya percuma. Yang dibutuhkan warga adalah solusi yang bisa langsung dirasakan. DPRD siap mengawal agar ide-ide bagus dari masyarakat bisa benar-benar diwujudkan,” tegasnya.
Sayyid juga menyoroti pentingnya mengubah pendekatan pembangunan. Bagi dia, pembangunan yang baik bukanlah yang paling megah, tapi yang paling menjawab kebutuhan warga. Karena itu, ia mendorong agar generasi muda dan komunitas kreatif dilibatkan sejak awal dalam proses perencanaan kebijakan.
“Bukan zamannya lagi anak muda hanya jadi penonton. Mereka punya ide, punya semangat, dan mereka harus diajak duduk dari awal. Partisipasi itu bukan pelengkap, tapi fondasi,” tutup Sayyid. (Adv)
Penulis : Ldy
Editor : Rahmah M.