DIKSIKU.com, Samarinda – Di tengah upaya membangun sistem kesehatan yang merata, Kalimantan Timur masih bergulat dengan kenyataan pahit: kekurangan tenaga medis. Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, Andi Satya Adi Saputra, menyebut kondisi ini bukan hanya sekadar angka di atas kertas, tetapi persoalan nyata yang berdampak langsung pada keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.
“Kalau tenaga medis hanya terpenuhi 50 persen dari kebutuhan 4.000 orang, maka yang kita bicarakan bukan hanya kurangnya dokter, tapi potensi hilangnya hak hidup warga di daerah-daerah terpencil,” ujar Andi dengan nada prihatin, Selasa (1/7/2025).
Ia menyoroti rasio ideal satu dokter untuk seribu pasien yang masih jauh dari realisasi, terutama di wilayah pedalaman dan perbatasan. Ketimpangan distribusi ini menciptakan ketidakadilan struktural dalam pelayanan kesehatan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ada warga yang harus menempuh berjam-jam perjalanan hanya untuk bertemu dokter. Ini bukan hanya tidak adil, ini berbahaya,” tegasnya.
Andi menekankan bahwa krisis ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan rekrutmen semata. Diperlukan strategi besar yang menyentuh hulu hingga hilir, termasuk insentif khusus bagi tenaga kesehatan yang bersedia ditempatkan di daerah tertinggal.
Menurutnya, pemerintah daerah maupun pusat harus memandang ini sebagai persoalan prioritas nasional. Sebab tanpa pemerataan tenaga medis, visi pelayanan kesehatan universal hanya akan menjadi jargon.
“Yang tinggal di desa punya hak yang sama dengan warga kota. Kita tidak bisa lagi menunda-nunda perbaikan sistem distribusi ini,” katanya.
Andi juga mengingatkan bahwa kesenjangan tenaga medis akan memperlebar jurang kualitas hidup antarwilayah. Bukan hanya berdampak pada angka harapan hidup, tetapi juga pada produktivitas dan perkembangan SDM di daerah.
“Kesehatan adalah fondasi pembangunan. Kalau fondasi ini rapuh, jangan heran kalau daerah tertinggal makin sulit bangkit,” tutupnya. (adv)
Penulis : Ldy
Editor : Idhul Abdullah