DIKSIKU.com, Samarinda – Peristiwa mengenaskan yang menimpa seorang pasien lanjut usia di RSUD A. Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda memunculkan pertanyaan besar soal kesiapan rumah sakit dalam menangani kesehatan mental pasien. Pasien berinisial SU (68) ditemukan meninggal dunia dalam dugaan bunuh diri di ruang perawatannya, memicu keprihatinan luas, termasuk dari kalangan legislatif.
Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Sarkowi V Zahry, menyoroti insiden tersebut sebagai peringatan keras bahwa aspek psikologis pasien kerap diabaikan dalam sistem layanan rumah sakit. Menurutnya, pendekatan medis yang hanya mengandalkan pengobatan fisik tidak lagi relevan di tengah kompleksitas kondisi mental pasien, terutama yang sudah berusia lanjut dan mengalami penyakit kronis.
“Tragedi ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan layanan psikolog di rumah sakit adalah hal mendesak, bukan tambahan opsional,” kata Sarkowi, Jumat (11/7/2025).
Ia mendesak agar RSUD AWS segera melakukan perbaikan menyeluruh, baik dari sisi manajemen risiko maupun sistem pendampingan terhadap pasien dengan kerentanan emosional tinggi. Menurutnya, fungsi konseling dan terapi psikologis harus diperkuat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan.
“Pasien yang mengalami tekanan mental berat butuh tempat untuk berbicara, butuh dipahami. Layanan psikologis bisa menjadi jembatan terakhir sebelum seseorang benar-benar kehilangan harapan,” ucapnya.
Sarkowi menyampaikan bahwa berdasarkan informasi dari pihak Dinas Kesehatan, SU kemungkinan besar mengalami stres berat akibat kondisi penyakit yang tak kunjung membaik. Keluarga juga mengonfirmasi bahwa almarhum sempat menunjukkan tanda-tanda keputusasaan sebelum kejadian.
Selain aspek layanan mental, Sarkowi juga menyoroti lemahnya sistem pengawasan di ruang rawat inap. Ia mengkritik fungsi pengawasan CCTV yang dinilai tidak mampu memberikan perlindungan maksimal terhadap pasien berisiko.
“Pengawasan visual sangat penting, apalagi untuk pasien yang secara mental sedang tidak stabil. Kalau sistem pemantauan tidak berfungsi optimal, maka pengawasan pasien menjadi lemah dan berbahaya,” tegasnya.
Politisi asal Partai Golkar itu berharap kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi seluruh rumah sakit di Kalimantan Timur. Ia menegaskan bahwa pendekatan pelayanan kesehatan ke depan harus lebih holistik, menggabungkan pengobatan fisik dengan perhatian serius terhadap kesehatan mental pasien.
“Jika rumah sakit gagal melihat sisi kemanusiaan pasien secara utuh, maka kita akan terus kehilangan mereka bukan karena penyakitnya, tapi karena rasa putus asa,” tutupnya. (Adv)

Penulis : Ldy
Editor : Rahmah M.