DIKSIKU.com, Kutai Timur – Di tengah maraknya aktivitas industri ekstraktif yang menggempur tanah Kutai Timur, suara lantang datang dari gedung parlemen Kalimantan Timur. Anggota DPRD Kaltim, Syarifatul Sya’diah, menyoroti minimnya kontribusi perusahaan-perusahaan besar terhadap penguatan ekonomi warga setempat, khususnya melalui sektor UMKM yang selama ini terbukti tangguh dan adaptif.
Menurutnya, geliat ekonomi lokal tidak boleh hanya menjadi penonton di rumah sendiri. Terutama di daerah yang kaya akan sumber daya alam seperti Kutim, perusahaan seharusnya tidak semata-mata mengejar produksi dan keuntungan. Sebaliknya, mereka juga dituntut untuk terlibat aktif dalam menyiapkan fondasi ekonomi jangka panjang bagi masyarakat.
“UMKM ini bukan sektor sembarangan. Saat pandemi menghantam berbagai lini usaha besar, mereka justru tetap bertahan. Ini sektor yang terbukti hidup dalam kondisi apa pun,” ungkapnya, Rabu (16/7/2025).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Syarifatul mendesak agar perusahaan tak sekadar menjalankan program CSR sebagai formalitas. Ia berharap CSR benar-benar dirancang sebagai inisiatif yang menyentuh akar kebutuhan UMKM, mulai dari pelatihan berkelanjutan, akses modal yang inklusif, hingga strategi pemasaran dan desain kemasan produk yang lebih kompetitif.
Ia mencontohkan produk lokal seperti amplang khas Kutim yang memiliki potensi besar jika dikembangkan secara profesional. “Dengan dukungan yang tepat, produk lokal kita bukan hanya bisa bersaing di pasar provinsi, tapi juga nasional,” tuturnya.
Politisi dari Fraksi Golkar itu juga mengingatkan tentang masa depan pasca-industri. Ia menekankan pentingnya meninggalkan warisan ekonomi yang bisa tetap dinikmati warga setelah masa tambang berlalu. Sebab, ketika aktivitas pertambangan berhenti, masyarakat tidak boleh ikut kehilangan sumber penghidupan.
“Jangan biarkan tambang pergi, lalu warga juga kehilangan masa depan. Kita butuh jaminan ekonomi jangka panjang, dan UMKM adalah salah satu jalurnya,” tegasnya.
Ia pun mengajak semua pihak baik pemerintah daerah, pelaku usaha, dan sektor korporasi untuk membangun kolaborasi yang konkret. Harapannya, Kutim tidak selamanya menjadi daerah penopang industri semata, melainkan tumbuh menjadi wilayah dengan ekonomi rakyat yang kokoh dan berdaya saing tinggi. (adv)
Penulis : Ldy
Editor : Idul Abdullah