DIKSIKU.com, Samarinda – Kabupaten Mahakam Ulu masih berjibaku dengan kegelapan saat malam tiba, karena aliran listrik belum merata menjangkau seluruh kampung.
Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia ini masih mengandalkan pembangkit diesel dengan jangkauan terbatas, sementara puluhan kampung terpencil harus bertahan tanpa penerangan yang layak.
Kondisi ini memicu perhatian Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, Ekti Imanuel, yang mendorong solusi lebih berkelanjutan melalui energi terbarukan.
Ia menilai bahwa ketergantungan pada pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hanya menjadi solusi darurat, bukan jawaban jangka panjang bagi pembangunan Mahulu.
“PLTD itu seperti tambal sulam. Mahal, terbatas, dan tidak menjangkau daerah-daerah paling ujung seperti Long Apari dan Long Pahangai,” ujar Ekti, Rabu (2/7/2025).
Ia menyebut bahwa wilayah Mahulu memiliki sekitar 50 kampung yang terpencar di medan sulit dan saling berjauhan, membuat distribusi listrik semakin kompleks.
Di tengah kondisi tersebut, menurutnya, potensi energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga air (PLTA) harus mulai digarap secara serius.
“Potensi air kita luar biasa. Tapi selama belum ada investor yang masuk dan pemerintah belum memfasilitasi, warga di pedalaman tetap akan hidup dalam keterbatasan,” katanya.
Ekti meyakini, kehadiran listrik bukan hanya tentang penerangan. Lebih dari itu, listrik adalah fondasi dari kemajuan pendidikan, layanan kesehatan, serta ekonomi berbasis desa yang mandiri dan modern.
“Pembangunan itu tidak bisa terjadi tanpa energi. Kalau kita bicara keadilan, maka Mahulu seharusnya masuk prioritas utama,” tegas politisi Partai Gerindra itu.
Ia mendorong pemerintah pusat maupun daerah untuk membuka ruang investasi yang lebih luas bagi sektor energi bersih di Mahulu. Sebab bagi Ekti, ini bukan sekadar tentang kemajuan, tetapi juga tentang hak dasar masyarakat yang selama ini hidup di luar jangkauan pelayanan. (adv)

Penulis : Ldy
Editor : Idhul Abdullah