DIKSIKU.com, Samarinda – Insiden kebakaran yang terjadi di pusat perbelanjaan BIGmall Samarinda pada Selasa, 3 Juni 2025, mengungkap lebih dari sekadar kerentanan sistem keamanan gedung. Bagi DPRD Kalimantan Timur, peristiwa ini menjadi refleksi atas ketergantungan ekonomi perkotaan terhadap satu simpul komersial yang terlalu dominan.
Anggota Komisi II DPRD Kaltim, Abdul Giaz, mengemukakan bahwa kebakaran tersebut harus dibaca sebagai alarm sosial dan ekonomi. Ia menilai BIGmall selama ini bukan hanya tempat transaksi, tetapi telah berfungsi sebagai ruang publik yang menyatukan berbagai kepentingan masyarakat urban, dari gaya hidup hingga penghidupan.
“Ketika satu pusat aktivitas ekonomi terhenti, bukan hanya arus transaksi yang terganggu. Masyarakat kehilangan tempat rekreasi, pelaku usaha kehilangan pelanggan, dan ribuan pekerja kehilangan rutinitas serta penghasilan,” ujar Giaz dalam keterangannya, Kamis (12/6/2025).
BIGmall telah menjadi magnet utama aktivitas konsumsi dan pertemuan sosial di Samarinda, terutama di tengah menurunnya daya tarik mal-mal lama seperti Samarinda Central Plaza (SCP). Bagi kalangan menengah perkotaan, pusat perbelanjaan ini bahkan kerap dijadikan destinasi utama hiburan keluarga.
Namun di balik popularitas itu, Giaz mengingatkan bahwa keberlanjutan ekonomi daerah tidak boleh bergantung pada satu titik tunggal. Ketika BIGmall tidak beroperasi, alur ekonomi ikut tersendat dan tekanan sosial pun muncul, terutama bagi para pelaku usaha mikro yang menjalankan bisnis di dalamnya.
“Kita harus akui, ekosistem ekonomi urban kita masih terlalu terkonsentrasi. Ini risiko besar jika tidak segera dikaji ulang,” ungkapnya.
Ia mendorong agar Pemerintah Kota Samarinda dan pengelola pusat perbelanjaan melakukan evaluasi menyeluruh, baik dari sisi sistem keamanan maupun strategi pemulihan ekonomi pasca-bencana.
Selain itu, Giaz juga meminta pemerintah untuk mulai mendorong lahirnya pusat-pusat aktivitas ekonomi baru yang tersebar di berbagai titik kota, guna mengurangi beban terhadap satu simpul.
“Sudah waktunya kita berpikir tentang resilien kota, tidak hanya soal infrastruktur, tapi juga bagaimana ekonomi lokal bisa terus bergerak meski satu pusat kegiatan berhenti beroperasi,” tambahnya.
Bagi sebagian warga, kembalinya operasional BIGmall mungkin hanya soal kenyamanan. Tapi bagi ribuan pekerja dan pengusaha yang bergantung pada gedung itu, keterlambatan pemulihan berarti ancaman serius terhadap keberlangsungan hidup. (adv)

Penulis : Ldy
Editor : Idhul Abdullah