DIKSIKU. com, Balikpapan – Di tengah derasnya arus pembangunan nasional, mahasiswa di Kalimantan didorong tampil sebagai agen perubahan yang aktif dan visioner. Hal ini disampaikan Anggota DPRD Kalimantan Timur, Damayanti, saat membuka Kongres BEM se-Kalimantan ke-XXI yang digelar di Universitas Mulia, Balikpapan, Rabu (18/6/2025).
Kongres yang mengusung tema “Reaktualisasi Karakter Mahasiswa Kalimantan dalam Dinamika Nusantara Menuju Indonesia Emas 2045” ini menjadi ruang strategis bagi ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kalimantan untuk menyatukan visi, menggagas solusi, dan memperkuat jejaring antarwilayah.
Tak hanya Damayanti, sederet tokoh penting turut hadir dalam forum tersebut, seperti Sultan Pontianak ke-IX, anggota DPD RI Syarif Melvin, hingga anggota Komisi IV DPR RI Daniel Johan. Kehadiran mereka memperkaya dialog dan membuka perspektif baru mengenai arah pembangunan Kalimantan dalam konteks nasional.
“Harus ada keberanian untuk berpikir di luar batas. Forum seperti ini seharusnya tidak hanya jadi ajang seremonial, tapi bisa melahirkan ide-ide besar dan langkah nyata bagi pembangunan Kalimantan,” ujar Damayanti usai menghadiri acara.
Sebagai legislator dari dapil Balikpapan sekaligus anggota Komisi IV DPRD Kaltim yang membidangi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, Damayanti menggarisbawahi pentingnya peran mahasiswa dalam menjaga keseimbangan antara eksploitasi dan konservasi alam.
“Jangan hanya jadi penonton. Kalimantan ini paru-paru dunia, dan tanggung jawab merawatnya ada di pundak kita semua, termasuk mahasiswa,” tegasnya.
Ia juga menantang mahasiswa untuk tidak terpaku pada wacana semata. Menurutnya, ide-ide brilian harus diterjemahkan menjadi aksi sosial nyata di tengah masyarakat.
“Mahasiswa bukan hanya pelajar, mereka adalah pemimpin masa depan. Karakter kritis, peduli lingkungan, dan berwawasan kebangsaan harus dibentuk sejak sekarang,” tambahnya.
Damayanti berharap, melalui kongres ini akan lahir generasi muda yang mampu menjawab tantangan zaman, tidak hanya dengan kecerdasan intelektual, tetapi juga dengan kepekaan sosial dan semangat kolaboratif.
“Kita butuh mahasiswa yang bisa berpikir global tapi tetap berpijak pada akar lokal. Itu kunci menuju Indonesia Emas 2045,” pungkasnya. (adv)

Penulis : Ldy
Editor : Rahmah M