DIKSIKU.com, Bontang – Kebijakan Pemerintah Kota Bontang yang kembali menerapkan program Wajib Belajar (Wajar) malam bagi pelajar jenjang SD hingga SMA sederajat memunculkan dampak di sektor lain.
Para pelaku usaha kuliner, khususnya UMKM, mulai merasakan penurunan jumlah pelanggan di malam hari sejak program ini berjalan.
Situasi ini dipicu oleh pembatasan aktivitas anak-anak di luar rumah pada malam hari. Orang tua cenderung memilih untuk menjaga anak-anak tetap di rumah, agar bisa mengikuti kegiatan belajar mulai pukul 19.00 hingga 21.00 WITA.
Menanggapi keluhan dari sektor usaha kecil, Anggota Komisi B DPRD Kota Bontang, Suharno, menyarankan para pelaku UMKM untuk lebih adaptif.
Ia menyebutkan malam akhir pekan bisa menjadi momentum yang dimaksimalkan pelaku usaha untuk meningkatkan omzet.
“Coba manfaatkan malam Sabtu atau Minggu. Itu bisa jadi peluang usaha yang tetap prospektif,” ujar Suharno.
Ia menegaskan bahwa konsumen utama pada malam hari bukan berasal dari kalangan pelajar, melainkan orang dewasa. Dengan demikian, ia menilai penurunan pengunjung tidak sepenuhnya disebabkan oleh pembatasan aktivitas siswa.
“Saya kira, tidak realistis kalau anak SD atau SMP keluar malam sendiri tanpa didampingi orang tuanya,” tambahnya.
Suharno mengakui bahwa setiap kebijakan pemerintah pasti memiliki dampak ikutan. Namun ia percaya, manfaat dari program belajar malam jauh lebih besar dalam jangka panjang, terutama dalam melindungi generasi muda dari pengaruh lingkungan negatif di malam hari.
“Kalau dibandingkan dengan potensi kerusakan moral pelajar, penurunan omzet ini tidak seberapa,” jelasnya.
Untuk itu, Suharno mendorong pelaku UMKM agar mulai mengeksplorasi jam operasional yang lebih fleksibel dan inovatif. Ia juga menyarankan agar dilakukan promosi khusus di malam-malam tertentu yang masih berpotensi mendatangkan pelanggan.
“Silakan optimalkan malam libur sebagai bagian dari strategi penyesuaian,” pungkasnya. (adv)
Penulis : Asr
Editor : Idhul Abdullah