DIKSIKU.com, Bontang – Kabar menggembirakan datang dari Kota Bontang. Dalam waktu kurang dari 100 hari kerja, Pemerintah Kota Bontang menyatakan telah berhasil mengentaskan kemiskinan ekstrem hingga titik nol, sebuah capaian yang tak hanya mengejutkan, tapi juga membanggakan.
Hal itu disampaikan langsung oleh Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, saat peluncuran program bertajuk Kick Off Zero Miskin Ekstrem yang berlangsung di Pendopo Rumah Jabatan Wali Kota, Rabu (28/5/2025).
Dalam sambutannya, Neni menyebut ini sebagai tonggak penting dalam upaya mewujudkan Bontang sebagai kota yang inklusif dan sejahtera bagi semua warganya.
Tak butuh waktu lama bagi pernyataan itu untuk menuai respons. Anggota Komisi I DPRD Kota Bontang, Arfian Arsyad, mengapresiasi langkah Pemkot yang dinilainya telah bertransformasi dari sekadar perencana menjadi eksekutor program sosial yang efektif.
“Ini bukan cuma statistik manis di atas kertas. Ini bukti bahwa kerja pemerintah bisa berdampak nyata kalau dilakukan dengan serius dan terarah,” ungkap Arfian saat dikonfirmasi, Rabu (28/5/2025).
Ia menyebut keberhasilan ini lahir dari sinergi lintas sektor, mulai dari jajaran OPD, kelurahan, hingga RT yang bahu-membahu menjangkau warga paling rentan. Menurutnya, kolaborasi ini merupakan kekuatan utama dalam menuntaskan kemiskinan ekstrem di Kota Taman.
Namun, Arfian juga menegaskan bahwa pekerjaan belum selesai. Ia mengingatkan agar capaian ini tak berhenti di seremoni dan klaim sepihak. Pemerintah, katanya, harus melanjutkan perjuangan melalui program pendampingan jangka panjang, peningkatan keterampilan, serta memperkuat daya beli masyarakat.
“Keberlanjutan itu kuncinya. Jangan sampai ini jadi pencapaian sesaat. Perlu ada pelatihan, pendampingan usaha, dan peningkatan akses ekonomi untuk menjaga keberhasilan ini,” ujarnya.
Ia juga menyoroti pentingnya pembaruan dan validasi data penerima bantuan sosial. Menurut Arfian, kebijakan sosial yang efektif hanya bisa tercapai bila dibangun di atas fondasi data yang akurat dan selalu diperbarui.
“Kalau datanya keliru, bisa saja ada yang benar-benar butuh malah terlewat. Maka validitas data harus jadi prioritas,” tegasnya. (adv)
Penulis : Mra
Editor : Idhul Abdullah