DIKSIKU.com, Bontang – Pagi itu, suasana SDN 006 Bontang Selatan sedikit berbeda dari biasanya. Suara sirene mendadak memecah keheningan, mengisyaratkan dimulainya simulasi darurat, Rabu (16/4/2025).
Bukan kejadian nyata, tapi latihan serius yang dikemas menarik, dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) 2025.
Bekerja sama dengan sekolah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bontang menggandeng berbagai pihak untuk menyelenggarakan simulasi kebencanaan berskala sekolah. Tema tahun ini yakni “Siap untuk Selamat: Bangun Kesiapsiagaan Sejak Dini.”
Menurut Kepala BPBD Bontang, Usman, melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Eko Mashudi, kegiatan ini menjadi bagian penting dalam menanamkan pemahaman soal penyelamatan diri sejak dini.
“Anak-anak perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang tiba-tiba. Latihan seperti ini membuat mereka siap, bukan panik,” ujarnya.
Simulasi digelar dengan skenario kebocoran gas dan gangguan teknologi di lingkungan sekolah. Sebanyak 189 peserta, yang terdiri dari 166 siswa dan 23 guru, langsung terlibat. Proses evakuasi dan penanganan berjalan lancar, bahkan tercatat dengan waktu respons kurang dari 30 menit.
Didukung oleh 40 personel BPBD, ditambah anggota Pramuka dan PMI masing-masing 10 orang, latihan ini berlangsung intens namun tetap menyenangkan bagi siswa. Bahkan Kepala Bidang Pendidikan Dasar Disdikbud Bontang turut hadir menyaksikan prosesnya.
Materi yang diberikan pun cukup lengkap dan beragam. Mulai dari cara pelaporan kejadian, teknik evakuasi, pertolongan pertama, hingga penggunaan alat pemadam api ringan (APAR). Simulasi juga melibatkan teknik penyelamatan khusus seperti High Angle Rescue (HAR), serta peran aktif masyarakat dalam membantu evakuasi.
Eko menambahkan, SDN 006 dipilih sebagai lokasi bukan tanpa alasan. “Sekolah ini memang sudah punya kerja sama dengan BPBD lewat program SPAB—Satuan Pendidikan Aman Bencana. Jadi ini bagian dari penguatan program itu.”
Di akhir kegiatan, Eko berharap seluruh peserta membawa pulang lebih dari sekadar pengalaman. Ia ingin ada budaya siaga yang tumbuh di lingkungan sekolah, di mana setiap individu tahu perannya saat bencana datang.
“Harapan kami, ini bukan cuma formalitas HKBN. Tapi jadi langkah nyata agar siswa dan guru lebih tangguh menghadapi situasi darurat,” tutupnya. (adv)
Penulis : Sadah
Editor : Idhul Abdullah