Dalam kunjungan tersebut, Wali Kota Pomanto didampingi oleh Camat Manggala, Andi Eldi Indra, Kepala Pelaksana BPBD Makassar, Hendra Hakamuddin, serta Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Zuhaelsi Zubir. Menggunakan perahu karet, mereka memantau kondisi banjir di beberapa titik, serta mengunjungi tempat pengungsian di Blok 10 dan Blok 8 Perumnas Antang Manggala. Di lokasi pengungsian, Wali Kota berbincang dengan warga yang memilih untuk tetap bertahan dan tidak dievakuasi.
Pomanto menjelaskan bahwa cuaca ekstrem yang menyebabkan bencana seperti banjir bukan hanya terjadi di Makassar, tetapi juga di berbagai belahan dunia, termasuk kota-kota besar seperti Jakarta, Singapura, Amerika Serikat, dan Jepang. Menurutnya, Makassar adalah salah satu kota yang sering mengalami cuaca ekstrem, dengan risiko banjir yang tinggi, terutama pada musim penghujan.
“Makassar tidak hanya menghadapi risiko banjir, tetapi juga kekeringan. Bahkan, dalam setahun, kita bisa mengalami dua bencana besar ini,” ujar Pomanto.
Ia menegaskan pentingnya kesiapan dan koordinasi antar OPD untuk menghadapi potensi bencana yang mungkin terjadi, dan mengimbau agar seluruh jajaran OPD tetap siaga selama 24 jam sepanjang musim hujan.
Selain itu, Wali Kota Pomanto meminta agar seluruh masyarakat tetap bersatu, saling membantu, dan tidak saling menyalahkan di tengah bencana.
“Yang terpenting adalah keselamatan keluarga, terutama anak-anak dan orang tua,” katanya, menutup imbauannya.
Berdasarkan data yang dirilis oleh BPBD Makassar pada 22 Desember 2024, ada tiga kecamatan yang terendam banjir, yaitu Manggala, Biringkanaya, dan Panakukang, dengan total 1.551 jiwa yang terpaksa mengungsi di 27 titik pengungsian.
Kecamatan Manggala tercatat sebagai yang paling terdampak dengan 760 jiwa pengungsi, sementara Biringkanaya melaporkan 711 jiwa dan Panakukang sebanyak 80 jiwa. (adv)